Di tahun 2010 silam, Nadiem Makarim tak mengirah bahwa perusahaan yang dibangunnya akan tumbuh berkembang pesat. Niat Nadiem awal mendirikan Go-Jek lebih kepada keinginan untuk memperbaiki transportasi di Indonesia. Namun, dalam kurun waktu 6 tahun, lulusan magister bisnis administrasi Harvard tersebut mencatatkan dirinya dalam sejarah, yakni sebagai unicorn pertama di Indonesia. Lulusan Harvard tersebut mengaku ingin menciptakan transportasi ojek yang lebih efisien dan juga efektif. Tak hanya itu, ia berharap ojek dapat berlaku sebagai profesional bisnis kedepanya.
Ketika baru memulai merintis gojek hanya beranggotakan 20 rider, kini menjelma menjadi jutaan rider di beberapa negara. Prinsipnya "konsumen adalah mereka yang memiliki masalah hari demi hari, dan kami menciptakan produk dimana Go-Jek dapat menembus ruang kosong tersebut". Hal itulah yang membuatnya menciptakan produk turunan lain dari gojek tuk mengembangkan bisnis lain seperti pada industri antar makanan atau go-food, entertaintment, salon, dan lain sebagainya.
Saat ini Go-Jek sudah bereskpansi di pasar Asia Tenggara. Go-Jek juga akan dirilis di Vietnam, Thailand dan Singapura.
1. Niat Bangun Gojek karena frustasi
Sering kesulitan mencari ojek membuatnya frustasi, dicari sulit ktemu, tidak dicari datang sendiri, itulah yang membuatnya memiliki ide untuk membuat gojek. Permasalahan seperti ini tidak hanya dirasakan oleh Nadiem Makarim tapi hampir smua orang diperkotaan.
2. Berlangganan Ojek
Karena sulitnya mencari ojek dipangkalan akhir Nadiem berlangganan ojek. Disitulah idenya mulai berkembang untuk menciptakan gojek. Permasalahan ojek yang kompleks membuat terus berpikir dalam memecahkannya.
3. Belajar dari kegagalan
Menciptakan sesuatu bukan berarti tanpa gagal dan masalah. Gojek dibangun juga bukan tanpa masalah. Berbagai masalah yang muncul tetap Nadiem Makarim tetap fokus menyelesaikannya.
Pesan yang dapat diambil dari Mas Nadiem adalah fokus dalam menyelesaikan masalah, bisa jadi masalah yang kamu selesaikan menjadi berguna buat orang lain.